Menunggu...
Sebuah makna yang lebih kau tahu
Bertahun tahun di sisa umurmu
Kau menunggu...
Siapapun yang akan menggunakan jasamu
Dalam menunggu...
Terkadang kau hanya duduk termenung
Sesekali menyeruput kopi
Sesekali membaca suara harian pagi
Atau ngobrol ngalor ngidul, mbanyol juga tawa unjuk gigi
Handuk kecil terlilit dileher
Bersiap untuk peluh pagi yang mengucur tiada henti
Sepenuh hati kau kayuh hari
Demi periuk nasi yang penuh isi
Namun siapa tahu tentang hari
Ketika harapan membumbung tinggi
Pagi cerah, sore hujan tiada henti
Periuk menjadi impian yang harus terisi
Kata siapa kau putus harapan
Malas-malasan tak mau bekerja yang lain
Dalam hati kecil kau ingin
Namun ketetapan hati, legowo, tentang sebuah pilihan
Pilihan menunggu dalam lamunan
Kewajiban menunggu menjadi sebuah pilihan penuh harapan
Kewajiban untuk tetap membahagiakan
Keluarga, dengan kejujuran dan kehalalan
Yogyakarta, 08:06 WIB | AA PRASOJO
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/prasojo70/100puisi-handuk-kecil_56c3c99723afbd6b0552b63f
Tidak ada komentar:
Posting Komentar